Skip navigation

Supernova. Partikel. Dua kata-kata yang telah saya nanti-nantikan selama 8 tahun. Keping-keping baru dari episode yang masih belum terlihat awalnya, dan masih belum terbayangkan akhirnya. Karya tulis berbahasa Indonesia terbaik yang pernah saya baca (dan saya merupakan anak 21 tahun yang membaca Chairil Anwar). Tulisan ini akan membahas tentang Partikel, buku terbaru Supernova karya Dewi Lestari (Dee).

Peringatan Dini: Penulis akan berusaha keras untuk menghindari spoiler (bocoran plot cerita) dan menulis secara objektif, tetapi penulis tidak menjamin akan terbebasnya tulisan ini dari spoiler maupun objektivitas tulisan ini. Baca dengan hati-hati.

Kalau anda belum membaca atau mengetahui Supernova, cari dan beli bukunya sekarang juga. Edisi baru dengan cover baru diterbitkan kemarin (13 April 2012 4:44 Sore). Pergi beli sekarang dan baca. Akan saya tunggu.

Sudah baca? Baik, mari kita mulai pembahasan bukunya.

Setiap buku dari Supernova berisi pertualangan seorang karakter. Supernova pertama, “Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh” menceritakan pertualangan Ferre – seorang eksekutif muda yang sukses – sebagai seorang Kesatria mencari Puterinya. Supernova kedua berkisahkan Bodhi, seorang manusia (kalau bisa disebut manusia) botak yang mencari arti hidup. Supernova ketiga membawa kita ke pertualangan Elektra, gadis misterius yang dapat mengendalikan petir.

Partikel mengenalkan kita pada Zarah, seorang anak muda yang mencari ayahnya. Perjalanan Zarah dalam mencari ayahnya diceritakan dengan apik, melalui untaian kata yang harmoni. Jika kisah hidup Zarah adalah lautan, Dee membawa kita mengarungi lautan tersebut secara langsung. Dengan berenang tenggelam di dalamnya. Pembaca akan merasakan secara langsung apa yang dirasakan oleh Zarah: tangisnya, senangnya, maupun cintanya. Tidak cukup merasakan emosi dari Zarah yang seolah-olah hidup, Dee juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk pembacanya. Benar sekali, kisah hidup Zarah (dan tokoh-tokoh Supernova lainnya juga) merupakan objek kontemplasi yang sangat mendalam. Dengan apik, Dee meleburkan fiksi dengan filsafat, menjadikannya sebuah larutan yang memabukkan sekaligus menyadarkan.

Tak seperti buku lainnya, Partikel memperlihatkan sebuah kekacauan yang aneh. Kekacauan yang harmonis. Ordered Chaos. Keping-keping kisah hidup Zarah terasa sangat jauh terpencar. Setiap kisah, setiap episode, seolah terpotong-potong, dan memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Lompatan antara satu kisah dengan kisah lainnya terasa aneh: tiba-tiba, namun tepat. Setiap kisah seperti dihubungkan oleh benang organik tak kasat mata. Benang tersebut mempersatukan tiap keping kisah Zarah menjadi sebuah cerita utuh. Penghubung tiap dunia. Esensi yang mengubah chaos menjadi order.

Terdapat episode cinta dalam Partikel. Juga ada episode renungan. Kisah fantasi? Ada. Pertualangan? Banyak. Alam vs Manusia? Present. Agama vs Sains? Menunggu untuk dibaca. Masih ada topik mengenai filsafat, pendidikan, hubungan antar manusia, drama, dan berbagai topik lainnya. Ragam topik yang disentuh oleh Partikel ini lah yang menjadikannya seolah-olah sebuah kekacauan. Setiap topik disentuh, melalui sudut pandang Zarah. Jika tidak jeli dan terbiasa membaca tulisan sejenis, pembaca akan terhanyut dan tersesat oleh hutan topik yang ditawarkan Partikel. Tetapi banyaknya warna pada Partikel juga menjadikannya sebuah karya yang indah. Rasanya seperti melihat tarian alam semesta: aneh, kacau, tidak berpola, tetapi harmonis. Juga terdapat hal yang tidak mungkin terlewatkan oleh pembaca: kekacauan ini membuat Zarah hidup. Penulis dapat dengan mudah merasakan apa yang dirasakan Zarah. Dee, dengan magis kata-katanya, telah berhasil bercerita mengenai Zarah, dan menjadikannya nyata.

Singkat kata, Partikel merupakan karya sastra Indonesia yang harus anda baca. Siapkan juga waktu 6-8 jam membaca, karena sekali anda masuk ke dunia Zarah (dan Supernova pada umumnya), akan sulit unuk kembali ke dunia nyata lagi. Partikel will blow your mind and create a real Supernova in your head. Selamat berpetualang.

Leave a comment